Usung Pramono Anung , PDIP Masuk Perangkap?
Jika PDI Perjuangan (PDIP) benar-benar mengusung Pramono Anung sebagai calon dalam Pilkada Jakarta 2024, saya melihat seperti masuk dalam Jebakan KIM . Dalam peta politik saat ini, elektabilitas Anies Baswedan berada jauh di atas Pramono Anung, dan jika PDIP gagal memanfaatkan peluang ini untuk mengusung Anies, mereka akan menghadapi kerugian besar dalam pertarungan melawan pasangan Ridwan Kamil-Suswono.
Lebih dari itu, tanpa disadari, PDIP mungkin sekali lagi sedang menuju perangkap politik. Pramono Anung, yang merupakan representasi dari kekuasaan istana dan saat ini masih nyaman sebagai staf Presiden Jokowi, mungkin tidak akan mampu menawarkan perubahan yang signifikan atau menarik dukungan luas dari rakyat. Dalam konteks ini, PDIP seharusnya lebih cermat mengambil momentum dari gelombang perjuangan mahasiswa dan rakyat Indonesia yang selama ini berjuang demi tegaknya konstitusi dan demokrasi.
Mengusung Anies Baswedan, yang dikenal sebagai figur yang mampu membawa perubahan dan memiliki elektabilitas yang kuat, akan menjadi langkah strategis bagi PDIP. Terlebih lagi, PDIP seharusnya bisa memanfaatkan momentum ini sebagai upaya untuk memposisikan diri di hadapan rakyat sebagai partai yang berpihak pada perubahan dan keberpihakan kepada rakyat. Jangan lupa bahwa revisi UU Pilkada yang sempat diusulkan dan kemudian kandas setelah mendapatkan gempuran dari demo besar-besaran di seluruh Indonesia adalah bukti nyata bahwa rakyat menginginkan perubahan yang nyata dan bukan sekadar kosmetik politik.
Jika PDIP berani mengambil keputusan untuk mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta, mereka tidak hanya akan mendapatkan dukungan dari para simpatisan Anies, tetapi juga akan memicu puluhan juta pendukung PDIP untuk semakin solid dan antusias dalam menghadapi Pilkada 2024. Langkah ini bukan hanya soal memenangkan Pilkada Jakarta, tetapi juga soal memantapkan posisi PDIP sebagai partai yang benar-benar berpihak pada perubahan dan keberpihakan kepada rakyat. Ini adalah kesempatan emas yang jika dilewatkan, akan menjadi kerugian besar bagi PDIP di masa mendatang.
Melihat potensi yang dimiliki Anies Baswedan, PDIP seharusnya tidak ragu untuk mengambil langkah berani ini. Dalam konstelasi politik yang dinamis dan sering kali tak terduga, keputusan yang tepat dapat mengubah arah permainan. Anies Baswedan bukan hanya sekadar sosok yang populer di mata rakyat, tetapi juga simbol dari keinginan rakyat akan perubahan yang lebih baik dan mendalam di Indonesia. Dengan mengusung Anies, PDIP dapat mengubah narasi politik dari sekadar menjadi partai yang ‘aman’ di bawah bayang-bayang kekuasaan menjadi partai yang benar-benar berjuang untuk kepentingan rakyat.
Keputusan ini tentunya tidak mudah dan akan menghadapi banyak tantangan, terutama dari pihak-pihak yang berkepentingan untuk menjaga status quo. Namun, justru di sinilah letak keberanian politik yang sebenarnya. PDIP harus menyadari bahwa momen ini adalah kesempatan langka untuk menegaskan diri sebagai partai yang berani mengambil keputusan besar demi kepentingan rakyat. Keputusan untuk mengusung Anies juga akan menunjukkan bahwa PDIP tidak takut untuk berhadapan dengan pihak-pihak yang selama ini mencoba mempertahankan kekuasaan dengan segala cara.
Jika PDIP berhasil menangkap momentum ini, mereka tidak hanya akan mendapatkan keuntungan politik jangka pendek berupa kemenangan di Pilkada Jakarta, tetapi juga akan memperkuat posisi mereka di kancah politik nasional. Rakyat akan melihat PDIP sebagai partai yang tidak hanya berorientasi pada kekuasaan, tetapi juga berkomitmen untuk membawa perubahan yang nyata dan substansial bagi Indonesia. Hal ini tentu akan meningkatkan kepercayaan dan dukungan dari rakyat, yang pada gilirannya akan memberikan PDIP posisi yang lebih kuat dalam pemilihan umum selanjutnya.
Namun, jika PDIP memilih untuk tetap berada dalam ‘zona nyaman’ dengan mengusung calon yang tidak memiliki elektabilitas tinggi, seperti Pramono Anung, mereka mungkin akan menghadapi konsekuensi yang lebih serius. Kehilangan momentum ini bisa berujung pada menurunnya kepercayaan dari simpatisan mereka, dan bahkan bisa berdampak pada kekalahan dalam Pilkada Jakarta. Dalam politik, kegagalan untuk mengenali dan memanfaatkan momentum bisa berakibat fatal, dan PDIP tidak boleh meremehkan hal ini.
Dengan segala pertimbangan tersebut, PDIP harus mempertimbangkan dengan serius untuk mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024. Ini adalah langkah yang bisa mengubah peta politik, tidak hanya di Jakarta tetapi juga di seluruh Indonesia.
Anies adalah simbol perubahan, dan dengan mendukungnya, PDIP bisa menjadi pelopor perubahan tersebut. Keputusan ini akan menjadi penentu apakah PDIP mampu memimpin Indonesia ke arah yang lebih baik atau hanya akan menjadi partai yang mengikuti arus tanpa mampu memberikan kontribusi yang berarti.